Melakukan Upacara Megedong Gedongan Di Bali |
Upacara Megedong Gedongan adalah upacara yang
dilakukan untuk penyucian bayi yang masih ada dalam kandungan ibunya. Upacara
ini merupakan tradisi adat istiadat yang terus dilakukan secara turun temurun
oleh umat Hindu di Bali.
Megedong Gedongan ini dilakukan pada saat bayi dalam
kandungan berumur 6 bulan (210 hari),
karena wujud bayi sudah dianggap sempurna/lengkap pada usia itu. Disisi lain untuk
memperkuat posisi bayi di dalam kandungan agar tidak terjadi abortus/keguguran,
lalu secara jasmani upacara Megedong
Gedongan ini dilakukan, agar sang bayi menjadi kuat pada saat dilahirkan dan
kelak menjadi orang yang berbudi luhur, berbakti pada orang tua, berguna bagi keluarga,
masyarakat dan bangsa, sedangkan untuk ibunya sendiri sebagai doa permohonan
keselamatan kepada Hyang Whidi (Yuhan Yang Maha Esa) agar si ibu sehat, selamat pada saat waktu melakukan
persalinan/melahirkan.
Kata Megedong Gedongan berasal dari kata
gendongan yang bermakna kandungan. Dalam melaksanakan upacara Megedong Gedongan ini menggunakan
filsafat agama Hindu dengan cara perhitungan angka samkhya yaitu dari angka 210 menjadi hitungan 2+1=3 yang artinya Tri Angga yaitu Suksma Sasira, Antakarana, Stula Sasira dihari itu ke tiga unsur
telah menyatu menjadi bayi dan saat nya untuk penyucian dan berharap roh yang
akan berenkarnasi betul betul roh yang suci.
Sementara
untuk ibunya sendiri dengan diadakannya Upacara Megedong Gedongan ini, bertujuan mendapatkan dukungan kejiwaan
seperti merasa aman, ketenangan juga merasa mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari pihak keluarga, karena ibu yang hamil belum mempunyai pengalaman
dalam hal melahirkan. Oleh sebab itu sehari sebelum Megedong Gedongan ini dilaksanakan dharma tula yaitu pemberian
nasehat bahwa melahirkan itu adalah kobrat sebagai seorang ibu, juga disarankan
untuk menbaca buku ilmu pengetahuan, buku ilmu agama dan mendekatkan diri
dengan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa),
menghindari diri dari penglihatan dan pendengaran yang bersifat negatif/buruk,
karena itu semua dapat mempengaruhi kehidupan bayi dikemudian hari.
Simbol dan
keperluan yang disediakan saat upacara. Dibuat bentuk
bangunan yang terbuat dari daun kelapa muda/janur yang berbentuk segi empat
bujur sangkar dengan ukuran 30 cm memiliki pintu, dan diisi seperangkat alat sesajen,
bermakna gedung diumpamakan sebagai kandungan ibu tepat bayi sebelum lahir.
Nasi
menyerupai bayi dibungkus dengan daun sente berisi bawang, jahe, garam dan
lampu, simbol seorang bayi yang sedang terbungkus plasenta(ari-ari), memiliki
kekuatan asuri sanpad (Sang Bhita
Anggara) yang sedang menguasai kandungan, bawang, jahe, garam dan lidi
sebagai simbol Tri Guna bermakna
sebagai kekuatan rajas, tamas dan
kekuatan satwam (Dharma), lampu symbol Sang
Hyang Atma sebagai kekuatan surya candra/widia
yang memberikan kekuatan kepada ibu dan bayinya
sehingga bisa menetralisir kekuatan Bhuta
Anggara dan saat melahirkan bisa selamat, lidi symbol permohonan kepada
agar diberikan keselamatan.
Sebuah
Sabit symbol Ardha Candra (bulan sabit)
memiliki makna memohon penyucian mendapatkan kekuatan Hyang Siwa, yang memberikan kekuatan kepada air di sungai dengan
sebutan Sang Hyang Catur Gangga.
Ada
tingkatan dalam upacara Magedong Gedongan
yaitu : nista, madia dan utama, semua ini tergantung dari kemampuan ekomoni
yang melaksanakannya.
Tata cara upacara
Megedong Gedongan diawali dengan upacara melukat di “kelebutan” di tepi sungai tempat
dimana sumber air alami yang dianggap suci. Setelah itu dilanjutkan dengan
melukat di gria yang pimpin oleh Sulinggih
(Ida Pendanda/orang yang dihormati mengerti agama). Pada sore harinya upacara Megedong Gedongan dilaksanakan di rumah
dan dipimpin oleh seorang Pemangku.
Pada
upacara terakhir pasangan suami istri akan duduk berdampingan untuk
mendengarkan (kidung suci), petuah
dan nasehat yang berisi tentang larangan dan juga saran untuk pasangan suami
istri.
Upacara Megedong Gedongan termasuk dalam Manusa Yadnya. Agama Hindu di
Bali tak bisa lepas dari upacara atau disebut Yadnya. Yadnya terdiri
dari 5 macam yang biasa dikenal Panca
Yadnya yaitu :
- Manusa Yadnya: Upacara suci yang dilakukan pada manusia.
- Pitra Yadnya: Upacara suci yang dipersembahkan kepada roh leluhur.
- Rsi Yadnya: Upacara suci yang dilakukan untuk para orang suci umat Hindu.
- Bhuta Yadnya: Upacara suci yang dilakukan untuk menyucikan alam beserta isinya.
- Dewa Yadnya: Upacara suci yang dipersembahkan untuk para dewa atau Sang Hyang Widhi.
Selain upacara Megedong Gedongan upacara yang termasuk Manusa Yadny: Otonan, Tiga Bulanan, Metatah (potong gigi) dan Pawiwahan
(pernikahan).
Bali Wisata Dewata panduan wisata di pulau dewata Bali
No comments:
Post a Comment