Meru Nama Gunung dan Nama Atap |
Kata Meru adalah nama sebuah gunung di India (Gunung
Mahameru) dan diyakini sebagai tempat suci (Sang
Hyang Widhi). Meru yang sebenarnya tempatnya di Swargaloka. Sedangkan di
Bali Meru adalah bangunan atau pelinggih suci tempat mensthanakan para Dewa.
Meru dalam bentuk bangunan atau pelinggih terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
dasar, badan dan atap.
Khusus untuk bagian atapnya bertingkat-tingkat,
semakin ke atas bentuknya semakin kecil menyerupai sebuah gunung. Jumlah
tingkatan atapnya selalu ganjil yaitu 1, 3, 5, 7, 9 dan 11.
Pada umumnya bagian atap ini terbuat dari ijuk.
Bagian dasar Meru pada umumnya terbuat dari batu alam atau batu buatan yang
berbentuk bujur sangkar. Sedangkan badan Meru pada umumnya terbuat dari bahan
kayu kecuali beberapa Meru di Pura Besakih, badan Meru terbuat dari batu padas
atau bata dan biasanya ukurannya jauh lebih besar daripada Meru yang memakai
badan dari bahan kayu.
Meru seperti halnya candi atau prasada adalah simbol
dari alam semesta yang terdiri dari tiga bagian yaitu Bhurloka, Bhuvahloka dan
Svahloka. Menurut lontar Andhabhuwana tingkatan atap Meru merupakan simbol
lapisan alam besar (Macrocosmos) dari
bawah ke atas adalah Sakala, Niskala, Sunya, Taya, Nirbana, Moksa, Suksmataya
Turyanta, Acintyataya dan Cayem, ada sebelas tingkat banyaknya.
Atap Meru juga merupakan simbolis dari “penglukunan
Dasaksara” (peredaran sepuluh huruf suci
yang dikaitkan dengan dewa-dewa Dikpala/Dewata Nawa Sanga), yaitu : Sa (Iswara), Ba (Brahma), Ta (Mahadewa), A (Wisnu), I (Siwa/Zenit),
Na (Mahesora), Ma (Rudra), Si (Sankara), Va (Sambhu), Ya (Siwa/Nadir). Kesepuluh dewa-dewa tersebut adalah
manifestasi dari Dewa Siwa sebagai penguasa alam semesta, diantaranya sebagai
pelindung kiblat (mata angin). Dewa
Wisnu di sebelah utara, Dewa Sambu di timur laut, Dewa Iswara di timur , Dewa
Mahesora di tenggara, Dewa Brahma di Selatan, Dewa Rudra di barat daya, Dewa
Mahadewa di barat dan Dewa Sankara di barat laut.
Seperti
halnya fungsi prasada, maka Meru juga mempunyai fungsi sebagai
tempat memuja Sang Hyang Widhi atau manifestasi-Nya dan Meru sebagai tempat
pemujaan Dewa Pitara atau Atmasiddhadevata (roh
suci leluhur).
Perbedaan fungsi bangunan Meru dapat diketahui dari
“pedagingan” (isi yang ditanamkan pada
waktu upacara melaspas meru atau peresmian Meru tersebut), puja atau stava (mantram pemujaan) yang dipakai pada
waktu upacara piodalan dan dari segi bentuk bangunannya. Pada umumnya untuk
Sang Hyang Widhi atau manifestasinya-Nya dibuat lebih besar dan kadang-kadang
badan meru dibuat dari bahan batu bata. Pada dasar Meru ada juga yang
mempergunakan ukiran dengan relief bedawangnala (empas) dan dibelit oleh satu atau dua ekor naga seperti halnya
terdapat pada bangunan candi atau Padmasana. Contoh bangunan/pelinggih Meru hampir terdapat
pada setiap pura besar di Bali (penyungsungan
jagat), misalnya pura Besakih, Uluwatu, Taman Ayun, Batukaru dan
sebagainya.
Bali Wisata Dewata panduan wisata di pulau dewata Bali.
No comments:
Post a Comment