Friday, June 19, 2015

Berwisata Di Desa Kuno Bayung Gede Bangli Bali

Cara memaksimalkan SEO bali wisata dewata
Desa Kuno Bayung Gede
Bali banyak memiliki desa-desa kuno yang tetap terjaga kelestariannya dan merupakan warisan budaya nenek moyang, salah satu desa tersebut adalah Desa Bayung Gede yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Desa Bayung Gede merupakan desa tua di Bali, desa ini berhawa sejuk karena berada di ketinggian sekitar 800-900 meter diatas permukaan laut. Dengan iklim tersebut, pertanian lahan kering merupakan andalan warga desa ini, desa ini dikembangkan menjadi proyek percontohan pariwisata sejak tahun 2010. Bentuk rumah yang sama dalam satu desa menjadikan desa ini memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan desa lainnya di Kabupaten Bangli.

Di desa ini warga yang baru saja menikah dilarang memasuki pekarangan dan tidak dianggap sebagai warga Desa Bayung Gede sebelum membayar tumbakan (sejenis maskawin) yang diserahkan kepada Desa dengan dalam bentuk dua ekor sapi, serta menjalani tapa brata (puasa). Pasangan suami-istri pengantin baru itu wajib melakukan prosesi yang disebut "penyekeban" (pematangan) tinggal di sebuah gubuk kecil di ujung desa.

Tidak hanya itu, Desa Bayung Gede memiliki tradisi unik dalam hal menguburkan ari-ari (tali pusar) bayi yang baru lahir. Jika pada umumnya tali pusar bayi ditanam di tanah, di desa ini ditempatkan di batok kelapa dan digantungkan di pohon pada “setra” (kuburan) khusus yang terletak di belakang desa dan tradisi menaruh ari-ari di dalam batok kelapa ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Kemudian tradisi unik lainnya terletak pada pada prosesi penguburan mayat laki-laki yang berbeda dengan mayat perempuan, mayat perempuan dikubur dalam posisi tengadah karena perempuan dilambangkan sebagai bumi yangmana dalam penguburannya harus menghadap ke langit, sedangkan mayat lelaki-laki dikubur telungkup melambangkan angkasa sehingga dalam penguburannya mesti menghadap ke bumi.

Belum diketahui secara pasti mengenai asal usul nama Bayung Gede karena menurut para tetua desa, Bayung Gede memang sudah ada seperti saat ini. Namun lain halnya menurut Thomas A Reuters dalam bukunya Custodians of The Sacred Mountains: Budaya dan Masyarakat di Pegunungan Bali (Yayasan Obor Indonesia, 2005) menyebut Bayung Gede merupakan desa kuno yang menjadi induk dari sejumlah desa-desa kuno lainnya di Bangli seperti Penglipuran, Sekardadi, Bonyoh dan beberapa desa lainnya.

Desa Bayung Gede terkenal juga sebagai penghasil jeruk, kopi, aneka jenis sayuran, jagung serta padi gaga, hal tersebut  menggambarkan mata pencaharian penduduk desa itu sendiri sebagai petani sehingga tak heran jika anda mengunjungi desa ini disaat pagi hari hingga menjelang malam anda tak menjumpai warga desa karena waktu mereka dihabiskan untuk bekerja di kebun dan sawah mereka. Namun hal ini tidak terjadi pada saat pelaksanaan upacara keagamaan, para penduduk akan berlama-lama menghabiskan waktu di pusat desa.

Saat ini aksesibilitas menuju desa sangat baik sehingga memberikan kenyamanan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan mengunjungi desa ini.

Desa ini berjarak sekitar 55 kilometer di timur laut Denpasar atau kira-kira 35 kilometer utara Bangli dan dapat ditempuh melalui 2 jalur, dari jalur Payangan-Kintamani maupun Bangli-Kintamani.

Pulau Bali memang indah menawan, lengkap dengan segala keunikan tradisi adat serta kehidupan masyarakatnya yang tetap menjaga kelestarian warisan nenek moyang mereka, juga keramah tamahan warga desa menjadikan satu penghargaan terhadap propinsi ini untuk tetap menjadi ikon pariwisata Indonesia.

No comments:

Post a Comment